20 Jul 2009

Oleh-Oleh dari Bali Vegetarian Tour (Part 5)

Oleh : Liliyana Waty
Hari ke -6 (2 Juli 2009)
Sumber image di atas dari sini
Adventure kami pagi ini merupkan salah satu aktivitas yang tidak boleh dilupakan jika Anda berada di Bali, yaitu Water Sports.
Setelah sarapan kami semua segera menuju Tanjung Benoa. Semua perlengkapan telah dibawa. Baju renang, sun block, baju ganti, sabun, shampoo, handuk, tidak lupa topi dan sunglasses tentunya. Jarak Tanjung Benoa dapat kami tempuh dalam waktu setengah jam. Seperti biasa, keceriaan dan gelak tawa selalu mewarnai perjalanan kami.

Tanjung Benoa di musim libur sekolah ini sangat ramai. Hari ini lebih banyak turis lokal dibandingkan turis asing. Kami segera dilayani untuk memilih water sports yang disukai. Limey, Apao, Jason dan Steven memilih Diving.

Sedangkan Dharmawan beserta Metta dan Marcelino memilih main jet sky dan flying fish. Jovan yang baru berumur lima tahun sangat gembira walaupun hanya bermain pasir. Bermain pasir bukanlah suatu kesenangan yang mudah ditemui di Jakarta. Dengan penuh kasih, sang mama,Lina, pun rela berjemur untuk menemani sang buah hati bermain. Sementara peserta tour lainnya memilih bersantai di tepi pantai sambil minum kelapa dan berfoto ria.

Sebelum dibawa ke laut untuk Diving, Limey, Apao, Jason dan Steven dibriefing dulu. Mereka yang baru pertama kali akan Diving pun memperhatikan penjelasan sang instruktur dengan serius.

Karena di dalam air tidak bisa berkomunikasi dengan suara, maka mereka diajari bahasa isyarat, misalnya jari telunjuk dan jempol yang membentuk lingkaran sementara tiga jari lainnya tegak lurus artinya tidak ada masalah. Jempol yang ditunjuk ke atas sementara empat jari lainnya ditekuk artinya naik ke atas permukaan air, sebaliknya jika mengarah ke bawah artinya turun ke dalam air, dan jika dalam masalah selama di dalam laut, kelima jari yang merapat digoyang ke kiri dan ke kanan dan isayarat-isyarat lainnya. Mereka juga diajari cara bernafas yang benar selama di dalam laut.

Selain itu juga diberitahu hambatan-hambatan yang akan ditemui bagi orang yang Diving yaitu telinga yang sakit, dan kesulitan bernafas karena tidak terbiasa.

Menurut cerita Steven, setelah sampai di laut, sebelum terjun, mereka diberi sabuk batu sebagai pemberat.

Ternyata tidak mudah melakukan Diving. Limey dan Apao bercerita, kendala yang dihadapai adalah harus bernafas lewat mulut. Ini tidak mudah. Limey sampai tiga kali mengalami hambatan, dari karet mulut yang digigit terlalu kuat sehingga putus, sampai kesulitan bernafas sehingga sesak nafas. ”Hiiiiii serem, gak berani lagi,” katanya. Sementara menurut Steven sih gampang-gampang saja. Begitulah, kadang-kadang anak-anak yang hidup tanpa beban lebih mudah untuk mempelajari hal baru dibandingkan yang dewasa.

Sementara itu suasana di pantai ramai, ada yang bermain layang-layang dengan bentuk yang indah-indah, ada yang duduk santai di bawah pondok, ada pula yang cuma berjemur, yang ini sih pasti turis asing, karena turis lokal mah ogah berjemur, sebaliknya malah seluruh badan dari ujung kepala sampai ujung kaki dilindungi agar tidak terjemur matahari.

Hari ini kami hanya main sekitar tiga jam di sini karena harus segera menuju GWK, Pantai Padang-padang dan Uluwatu. Agar mengirit waktu maka makan siang pun kami lakukan di dalam bus dalam perjalanan menuju GWK.

Setelah sekitar 45 menit perjalanan, akhirnya kami tiba di GWK. GWK ramai, lebih banyak turis lokal daripada turis asing nya.

Kami segera menuju ke dalam. Kami berfoto-foto dan duduk santai melihat miniatur GWK.

Kemudian kami pun menuju restoran Jendela Bali untuk santai menikmati minuman dan snack. Snack dan minuman yang kami pesan tidak ada yang istimewa bahkan menurut saya kurang enak. Yang istimewa dari restoran ini, sesuai namanya, the panoramic restoran, adalah pemandangannya yang indah.

Sambil makan minum, kita dimanjakan indahnya pemandangan di depan mata kita. Dari sini kami bisa melihat letak daerah-daerah wisata di Bali. Tejo Bds, Tour Guide kami lalu menunjukkan kami, di mana Kuta terletak, di mana pulau Lembongan dan lain-lain yang saya sudah lupa. Sayapun sempat mengambil beberapa foto keindahan alamnya untuk saya share kepada pengunjung blog ini.

Tujuan selanjutnya adalah Pantai Padang-padang. Bagi seluruh peserta tour ini adalah pertama kalinya kami ke Pantai Padang-padang. Pada Tour akhir tahun lalu kami diajak ke pantai Dream Land yang lebih terkenal, kali ini kami tidak mau diajak ke sana karena pengalaman tahun lalu yang tidak enak. Pada saaat itu, Bus diparkir jauh sekali, sehingga kami harus berjalan jauuuuh sekali menuju pantai Dream Land, dan di pantai sangat ramai sekali, jadi orang berdesak-desakan karena pantainya kecil, toilet juga kehabisan air sehingga berbau sekali.

Ternyata Pantai Padang-Padang indah sekali.

Masih alami karena belum gencar dipromosikan. Untuk menuju pantai saja kita harus melewati jalan sempit di antara dua tebing yang masih alami sekali. Jalan ini benar-benar sempit dan jalan satu-satunya untuk masuk dan keluar sehingga untuk orang yang badannya besar harus gantian. Jika ada yang keluar maka yang masuk tunggu dulu di luar begitu pula sebaliknya. Mungkin karena alasan jalan yang sempit ini jugalah maka pantai yang indah ini belum dijadikan tujuan wisata bagi travel-travel.

Setelah melewati jalan sempit tersebut, kita sudah langsung ketemu pantai. Wuuuui!!! Saya sungguh terpesona.

Sungguh indaaaaaah sekali. Pasirnya putih dan bersiiiiiiihhhhh sekali. Masih sangat alami. Sungguh beruntung masyarakat Bali, mereka mempunyai alam yang begitu indah sekali. Yang saya lihat hari itu hanya kami rombongan turis lokal yang ke sana. Pengunjung pantai yang kami temui di sana semua adalah turis asing. Mereka benar-benar menikmati alamnya. Hampir semua datang ke sana untuk berselancar dan terlihat sekali bahwa mereka sudah familiar dengan Pantai yang sungguh indah ini.

Anak-anak segera menuju laut dan iseng melempar batu-batuan.

Saya segera ambil kamera untuk mengabadikan keindahan pantai dan suasananya. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama di sini, menurut catatan saya hanya sekitar 25 menit.Uuuuhhhhh saya sangat kecewa, karena sayang sekali melewatkan keindahan ini. Tapi apa boleh buat, kami harus segera ke uluwatu bertemu tuan rumahnya yang terkenal usil, yaitu si monyet-monyet.

Jarak ke Uluwatu dapat kami tempuh kurang dari setengah jam. Sampai di sana sudah remang-remang, pengunjungnya juga sudah mulai menuju pulang.

Saya yang sudah berkali-kali ke sini tidak exciting lagi, apalagi saya masih teringat keindahan pantai Padang-padang, jika tadi bisa memilih, saya lebih senang tinggal di Pantai Padang-Padang daripada ke Uluwatu, sayangnya saya tidak punya pilihan.

Di Uluwatu, monyetnya sangat usil sekali. Sebelum masuk kamipun melepaskan semua aksesoris kami dari anting, jepitan rambut, kacamata dan sebagainya. Jangan sampai ada satu aksesorispun yang menempel karena sekecil apapun, monyet dapat melihatnya. Dua tahun lalu, kami ke sini dan sudah melepas semua aksesoris tapi ternyata sempat diganggu monyet juga. Waktu itu, tiba-tiba saja, adik saya Limey berteriak-teriak karena dengan sangat tiba-tiba sekali dinaiki monyet. Rupanya dia lupa melepaskan satu jepitan rambut yang sangat keciiiiil sekali. Walaupun sangat keciiiiiil, rupanya terlihat juga oleh si monyet sehingga dirampas.

Hari ini kami kembali masuk dengan membawa senjata ranting panjang untuk jaga-jaga sebagai alat untuk mengusir monyet-monyet jika mengganggu atau mempreteli kami.

Sementara itu di dalam, Merry yang awalnya mau nonton tari kecak sudah tidak keburu karena pertunjukkan sudah mulai. Beberapa peserta tour pun mulai memberi makan kacang kepada para monyet-monyet di sana.

Tiba-tiba terjadi keributan kecil. Kamipun segera menghampiri, rupanya monyet usil lagi, kali ini mengambil tustel seorang ABG dan membawanya pergi. Tradisi di sini adalah, jika barang diambil monyet, maka akan ada penduduk sana yang akan membantu mengambil kembali dengan umpan makanan dan biasanya selalu berhasil didapat kembali barangnya. Dan hari itu, tustel yang telah diambil, setelah beberapa lama tidak berhasil diambil kembali, sampai kami mau pulang, si bapak masih mencoba memancing monyet pencuri itu untuk mengembalikan tustel pengunjung tapi belum juga berhasil.

Apao pun lalu bercerita bahwa tadi dia juga sempat mau diserang seekor monyet, tapi tidak jadi karena Apao refleks segera mengatupkan kedua telapak tangannya dan berkata,” Ampuuuuun......ampun......,” sambil mengoyang-goyang telapak tangannya ke arah monyet.Kami pun semua yang mendengar ceritanya tertawa terbahak-bahak. Rupanya ngerti juga si monyet sehingga tidak jadi menyerang pengusaha wall paper ini. Ahhhh...monyet....monyet.

Perjalan hari ini kami akhiri dengan makan malam di food court depan pantai Kuta. Uii hari yang lelah. Bersambung ke part 6

No comments:

Post a Comment

Ingin mendapatkan pemberitahuan update artikel dari New Vegetarian Planet langsung ke alamat Email Anda? Silahkan masukkan email Anda di bawah ini, setelah itu masuk ke inbox email Anda untuk mengaktifkan email dari FeedBurner:

Delivered by FeedBurner

From Me

New Vegetarian Planet is dedicated to promote understanding and respect for vegetarian lifestyles either from aspecs of spiritual, ethics, health, environment et cetera. May be copied only for personal use or by not-for-profit organizations. All copied and reprinted material written by me must contain weblog link http://www.newvegeplanet.blogspot.com
Finally, I hope more people will understand the reasons for choosing a vegetarian way of life. Come on to hold hands, we struggle for the safety of humans, animals, and this beloved earth through vegetarianism.
Best regards Liliyana Waty